5 Sep 2014

REVIEW : PPSM Magelang Musim 2013/2014

Langkah PPSM Magelang musim ini terhenti di babak penyisihan grup kompetisi Divisi Utama 2014.


MAGELANG - Peluit panjang wasit tanda berakhirnya pertandingan melawan Persis Solo sore itu menjadi akhir dari perjuangan PPSM Magelang di kompetisi Divisi Utama musim 2013/2014. Hasil akhir kemenangan 2-1 atas Laskar Sambernyawa membawa PPSM finish di posisi kelima klasemen akhir Grup IV. Babak 16 Besar memang sudah tak mungkin bisa diraih, apapun hasil pertandingan itu. Namun aroma kebahagiaan tetap terasa di akhir pertandingan, Macan Tidar lolos dari jerat degradasi. Itulah ending dari drama panjang yang harus dilalui PPSM semusim ini. Drama yang menguras emosi para pecintanya selama empat bulan terakhir. Dan luapan kegembiraan tadi menutup semua kisah dalam drama yang tak bisa ditebak alur ceritanya ini, Macan Tidar tak jadi turun kasta.

PPSM sebenarnya mengawali musim ini dengan start yang cukup baik. Setidaknya di dua laga awal, dari segi perolehan poin, target pelatih M. Hasan terpenuhi. Mengawali musim dengan bertandang ke kandang Persis Solo boleh dibilang merupakan permulaan musim yang tidak mudah. Ditambah label 'pertandingan pembuka kompetisi' serta dihadapkan dengan puluhan ribu pendukung tuan rumah yang memenuhi Stadion Manahan malam itu, PPSM harus bekerja ekstra keras untuk bisa meraih poin. Di akhir pertandingan, pasukan Macan Tidar berhasil menahan tuan rumah dengan skor imbang 2-2. Skor yang pantas jika dilihat dari kerja keras pemain di lapangan selama 90 menit. Target pertandingan pertama mampu dipenuhi.


Laga berikutnya menjamu tim tetangga Persitema Temanggung. Tiga poin dicanangkan untuk pertandingan yang bisa disebut sebagai 'derby' ini. Harus bermain dengan 10 orang pemain, PPSM akhirnya tetap berhasil menaklukkan sang tamu dengan skor 3-2. Namun kemenangan tidak diraih dengan mudah, para pemain harus berjuang keras hingga menit akhir untuk bisa memastikan kemenangan. Macan Tidar kokoh di papan atas klasemen.

Namun dibalik kemenangan di laga kedua ini, sebuah tren buruk mulai muncul. Satu kartu merah yang didapat di pertandingan ini kemudian seperti merembet ke dua pertandingan selanjutnya. Dua laga menjamu PSIS Semarang dan Persiku Kudus, kartu merah selalu keluar dari kantong wasit untuk penggawa Macan Tidar. Hasilnya, dua laga ini tak bisa dimaksimalkan tim untuk meraup poin kandang. Ditaklukkan PSIS 3-1 dan ditahan imbang Persiku 3-3, target poin PPSM mulai goyah dan keluar jalur.

Berikutnya, PPSM harus menjalani tiga laga tandang di pertengahan bulan Mei. Target mengeruk poin dicanangkan di tiga laga ini, tujuannya jelas untuk menambal kekurangan poin yang hilang di dua laga terakhir. Namun apa daya, PPSM malah terkapar di tiga laga ini. Dijamu Persip Pekalongan, anak asuh M. Hasan kalah tipis 1-0. Kemudian dihajar Persipur Purwodadi 4-1 dan PSIR Rembang 3-0. PPSM pun semakin keluar dari target poin untuk bisa lolos ke 16 Besar. Bahkan terlempar sampai ke papan bawah klasemen.

Jeda kompetisi yang hanya 10 hari dimanfaatkan dengan baik oleh tim pelatih untuk menambal sulam skuad yang ada. Titik kerapuhan yang terlihat di lini belakang menjadi prioritas utama. Beberapa pemain baru didatangkan untuk menghadapi sisa tujuh pertandingan. Hasilnya langsung terlihat di laga perdana putaran kedua. Menghadapi PSIR Rembang di kandang sendiri, PPSM bermain lebih baik dibanding putaran pertama. Pembenahan skuad di bursa transfer pun sekilas menuai hasilnya. Macan Tidar berhasil menumbangkan PSIR 2-1. Tren kemenangan ini berlanjut di dua laga berikutnya. Persipur Purwodadi ditekuk 2-1 lalu Persip Pekalongan dihajar 5-1 beberapa hari sebelum libur kompetisi selama dua bulan. PPSM back to the track.

Dibalik  euforia 'hatrick' kemenangan yang sedang menggelora, permasalahan baru kembali muncul, bahkan lebih besar. Masalah tunggakan gaji lah yang membayangi tim kebangaan warga Magelang. Sudah dua bulan gaji pemain belum dibayarkan oleh manajemen dan pemain menuntut haknya untuk segera dipenuhi. Dana yang diharapkan tak kunjung datang, manajemen kesulitan memenuhi tuntutan para pemain. Karena tak sabar menunggu dan kenyang dengan janji-janji manajemen, para pemain pun kembali ke kampung halamannya dengan tangan hampa sambil berharap gaji mereka bisa segera dibayarkan. Mereka memutuskan tak akan mau kembali sebelum hak mereka dipenuhi. PPSM dalam keadaan genting.

Semakin hari, semakin berkurang periode libur kompetisi, semakin dekat pula jadwal pertandingan berikutnya. Manajemen terus berusaha mencari jalan untuk memenuhi kewajiban mereka kepada pemain. Suporter juga ikut bergerak mengumpulkan pundi-pundi uang agar tim kesayangannya bisa tetap eksis di kompetisi kasta kedua negeri. Semua berharap, berdoa dan berusaha agar PPSM bisa melanjutkan kompetisi sampai tuntas. Hingga akhirnya manajemen memberikan opsi pembayaran tunggakan gaji pemain dengan cara dicicil. Pemain pun menyetujui, mereka mau kembali ke markas Macan Tidar untuk melanjutkan kompetisi yang menyisakan empat pertandingan penting.

Permasalahan belum berakhir sampai disitu. Pemain kembali ke Magelang dengan kondisi yang kurang baik. Dua bulan tanpa latihan bersama, stamina dan kesolidan permainan yang sudah terbentuk sebelumnya pun harus dibangun kembali. Baru memulai latihan sekitar satu minggu sebelum pertandingan, tim pelatih harus bekerja keras untuk mengembalikan pick perform anak asuhnya secepatnya.

Dengan persiapan yang mepet serta dana yang mepet pula, PPSM bertandang ke Kudus untuk dijamu Persiku Kudus di Stadion Wergu Wetan. Alasan dana, Tim Macan Tidar berangkat ke Kudus pagi hari di hari yang sama dengan pertandingan. Keadaan yang benar-benar tidak bersahabat bagi pemain untuk berkonsentrasi penuh pada pertandingan. Hasilnya pun hampir bisa ditebak, tim kebanggan warga Magelang takluk dua gol tanpa balas dari sang tuan rumah. Belum tercapainya pick perform para pemain juga jadi sebab kekalahan kelima PPSM musim ini.

Berselang tiga hari, PPSM bertandang ke Semarang dengan kondisi lebih sempoyongan. Para pemain harus merogoh kocek pribadi untuk membiayai perjalanan mereka ke kandang PSIS Semarang. Bahkan mereka baru tiba di Semarang pukul 13.00 WIB atau kurang lebih dua jam sebelum pertandingan dimulai. Pemain mengaku terpaksa melakukan semua ini demi kecintaan mereka terhadap profesi serta tanggung jawab mereka sebagai bagian dari sebuah tim, meski sebenarnya mereka lah pihak yang sedang 'dirugikan' disini. Semua ini adalah akibat krisis finansial yang sedang menimpa tim.

Bermain di hadapan publik tuan rumah yang memadati Stadion Jatidiri, PPSM tak mampu berbuat banyak. Mereka pun harus mengakui kekalahan telak atas tuan rumah dengan skor 4-0. Tak hanya sampai disitu, tren kekalahan terus berlanjut di pertandingan berikutnya. Bahkan kali ini Macan Tidar harus mengakui kekalahan atas tim yang telah dipastikan degradasi, Persitema Temanggung. Akibat kekalahan dengan skor 2-0 ini, PPSM merosot ke zona degradasi. Mereka bertengger di posisi ke tujuh klasemen sementara meski mengemas poin sama dengan Persip yang berada satu strip diatasnya.

Masalah benar-benar menjadi semakin pelik. Kini degradasi juga ikut mengancam langkah Macan Tidar. Seakan-akan semua permasalahan yang mendera selama ini akan berakhir dengan cerita tragis terlemparnya sang macan kebanggaan kota lembah ke kelas amatir sepakbola nasional. Maklum saja, kepastian degradasi tidaknya PPSM ada di tangan tim lain. Hasil kemenangan di laga terakhir tak akan ada artinya jika tiga tim lain, Persiku, Persipur dan Persip juga meraih hasil positif. Saat itu selain mengejar hasil kemenangan, PPSM juga berharap setidaknya salah satu dari tiga tim tadi terpeleset. Jarak yang hanya terpaut satu hingga dua poin membuat tiga tim tadi juga rentan terlempar ke Liga Nusantara musim depan.

Dibawah awan hitam yang menyelimuti, skuad Macan Tidar tak surut langkah untuk terus mempersiapkan diri. Jargon 'Keyakinan Itu Masih Ada' menjadi pemacu semangat seluruh anggota tim. Meski berat harus menghadapi pimpinan klasemen, tak ada yang tidak mungkin jika mereka melakukan yang terbaik dan total.

Hari pertandingan tiba, stadion tampak cukup ramai, juga dengan kedatangan pendukung tim tamu yang memenuhi tribun barat. Pertandingan dimulai pukul 15.30 WIB, berbarengan dengan tiga laga lain Grup IV yang memang dijadwalkan berlangsung bersamaan agar tak ada aksi 'main mata' antar tim penghuni grup. Persis Solo yang menurunkan mayoritas pemain cadangan mengambil inisiatif permainan. Mereka pun sukses memimpin laga terlebih dahulu di menit ke 24. PPSM 0-1 Persis bertahan hingga turun minum. Di saat bersamaan, diantara tiga tim terbawah lain, hanya Persip Pekalongan yang unggul. Persipur dan Persiku masing-masing juga sedang tertinggal satu gol atas lawannya.

Pertandingan babak kedua berjalan 17 menit, Macan Tidar mendapatkan kesempatan untuk menyamakan kedudukan. Sebuah penalti yang menjadi kontroversi diberikan kepada PPSM. Rossi Gutawa yang menjadi eksekutor sukses menyarangkan bola ke gawang Persis. Kedudukan sama kuat 1-1. Saling jual beli serangan kemudian diperagakan kedua tim. Sampai akhirnya Faisol membawa PPSM unggul di menit 82. Bola tendangan pemain nomor punggung 9 merobek jala Persis. Skor 2-1 untuk kemenangan Macan Tidar bertahan hingga pertandingan usai. Sementara pertandingan lain, Persip berhasil mengalahkan Persitema dan Persipur berhasil menundukkan PSIS. Namun Persiku takluk dari PSIR yang membuat mereka harus rela terdegradasi ke Liga Nusantara karena menjadi tim dengan perolehan poin kedua terendah di Grup IV. Sebuah sukses bagi Sang Macan Tidar ketika semua masalah mendera namun tetap bisa keluar dari ancaman terburuk bernama degradasi.

Sebuah musim yang tidak mudah, namun bisa dilalui dengan baik. Target masuk babak 16 Besar memang tak bisa dicapai. Namun kita tetap harus bangga dan menaruh respect kepada tim yang tetap bisa menciptakan prestasi dalam keadaan finansial yang tidak mendukung ini. Karena prestasi tak selalu harus dicapai dengan menjadi yang terbaik. Berhasil menyelesaikan kompetisi dan tetap bertahan di Divisi Utama meski dengan keadaan yang kurang mendukung patut kita apresiasi sebagai sebuah prestasi yang berhasil diraih tim musim ini. Tidak mudah memang menciptakan prestasi dengan keadaan finansial yang buruk. Sudah banyak tim yang tidak bisa melanjutkan kompetisi dan terpaksa mengundurkan diri karena alasan serupa.

Meski begitu, keadaan yang terjadi di musim ini sudah seharusnya tak terulang kembali di musim berikutnya. Banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran agar tidak terjadi lagi. Sehingga tim bisa berjalan dengan finansial yang baik sehingga prestasi yang ditargetkan dan menjadi impian benar-benar terwujud. Namun apapun yang terjadi musim ini, respect untuk semua pihak yang selalu ada dan tetap mendukung PPSM saat terpuruk.



Sumber Gambar : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/sport/2014/08/23/35031/PPSM-Sakti-Magelang-Terhindar-dari-Degradasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar