Dua pertandingan kandang sudah digelar PPSM saat menjamu PSIR dan Persipur. Dari segi kehadiran penonton, jumlahnya meningkat jika dibanding musim-musim lalu. Stadion tampak lebih penuh, antusias masyarakat Magelang untuk menyaksikan pertandingan seperti kembali muncul. Tapi ada satu hal yang bisa dikatakan masih menjadi PR Panpel dalam penyelenggaraan pertandingan: Geng Mbludhus. Ya, kini mereka memang sudah tidak bisa lagi menggunakan trik 'tiket satu untuk berdua' atau masuk tanpa tiket lagi. Tapi masih banyak dari mereka yang menyaksikan pertandingan dari luar stadion. Mereka menonton pertandingan dari sudut-sudut yang memungkinkan lapangan terlihat dari luar stadion atau sering kita sebut 'spot gratisan'.
Miris! Dengan harga tiket yang menurut kami sudah sangat student friendly masih saja terjadi seperti ini. Tiket yang bisa didapat dengan harga Rp 10.000,- adalah tiket yang murah jika kemudian kita bandingkan dengan stadion-stadion klub peserta ISC B lain. Untuk sekelas ISC B, sudah jarang panpel klub membanderol tiket dengan harga Rp 10.000,-. So, kebaikan Panpel PPSM soal harga tiket ini seharusnya dibalas dengan kesadaran kita untuk membeli tiket dan ikut menghidupi klub. Karena klub benar-benar menggantungkan diri dengan tiket sebagai sektor pendapatan terbesar mereka.
Sepenglihatan kami, mayoritas penghuni spot-spot gratisan saat ini adalah anak-anak sekolah seusia SD atau SMP. Anggapan saya mereka hanya kurang tahu apa itu menghidupi klub dan mungkin Rp 10.000,- pun mereka masih sangat keberatan jika harus meminta kepada orang tua sejumlah itu untuk menonton pertandingan sepakbola. Artinya, mereka hanya butuh edukasi tentang bagaimana klub harus menghidupi dirinya melalui tiket. Lalu bagaimana anak-anak ini harus mau berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Mereka harus menabung terlebih dahulu selama beberapa hari untuk kemudian uangnya dipakai membeli tiket. Edukasi semacam ini penting, karena anak kecil biasanya hanya butuh penjelasan dan contoh untuk kemudian dapat berlaku sesuai dengan aturan.
Selebihnya menjadi tugas Panpel untuk meminimalisir hal ini. Banyak cara bisa dilakukan, mungkin dengan memberi penutup yang lebih besar lagi di spot-spot ini, karena meski sudah diberi penutup di beberapa bagian namun masih ada celah lain yang mereka temukan. Bisa juga dengan mensiagakan penjaga di spot-spot ini untuk mengusir Geng Mbludhus yang ingin menyaksikan pertandingan di tempat favoritnya.
Ya, itulah sedikit selayang pandang kami dari dua penyelenggaraan pertandingan kandang. Semoga bermanfaat dan menjadi bahan evaluasi bagi kita semua tentang pentingnya edukasi dan bagi Panpel semoga menjadi masukan yang berguna.
Sumber Gambar : indonesiansc.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar