Secara kasat mata saja kita bisa melihat, jumlah penonton
PPSM Magelang di laga kandang musim ini tak banyak. Tujuh kali menggelar
pertandingan kandang, belum pernah sekalipun stadion (setidaknya terlihat) penuh.
Padahal stadion yang penuh dengan penonton artinya pemasukan dari tiket masuk
akan banyak. Imbasnya jelas, langsung pada keuangan klub. Minimal klub bisa
mendapatkan dana segar untuk mencukupi kebutuhan dan menunaikan kewajiban
mereka. Karena tak dapat dipungkiri, pemasukan dari tiket memang menjadi salah
satu sumber dana bagi keuangan sebuah klub sepakbola profesional.
Maka, jika pada kenyataannya krisis finansial sampai melanda
PPSM, jelas erat kaitannya dengan pemasukan tiket yang tak optimal. Meski begitu,
faktor ini bukanlah satu-satunya yang membuat keuangan klub menjadi seret. Faktor
lain yang punya pengaruh sama kuatnya dengan tiket, seperti halnya sponsorship juga berandil besar
memperparah neraca keuangan klub. Namun masalah pemasukan tiket ini memang
seperti memiliki ‘kekuatan’ tersendiri. Dimana ada faktor saling-terkait yang menguntungkan
bagi tim secara langsung. Yaitu semakin tingginya pemasukan tiket, semakin
tinggi pula jumlah kehadiran penonton, yang akhirnya semakin besar gelombang
dukungan untuk tim yang sedang bertanding di lapangan.
Untuk musim ini sendiri, ada tujuh laga kandang yang
dijalani skuad Macan Tidar. Dimana dari ketujuh laga tersebut, tak ada satu pun
dihadiri sampai 10.000 orang. Laga melawan PSIS, Persitema dan Persis jadi tiga
tertinggi dalam hal kehadiran penonton. Namun saat menjamu PSIS dan Persis, tim
lawan didampingi pendukungnya yang datang ke Magelang dalam jumlah besar. Jadi
bisa dibilang, angka 7600 dan 3500 tak murni milik pendukung Macan Tidar.
Sehingga, laga kedua melawan Persitema lah yang layak didaulat sebagai laga paling
ramai yang dihadiri pendukung PPSM. Jumlah suporter Persitema yang memang datang
sore itu mungkin masih jauh dibanding pendukung tuan rumah yang menyaksikan
langsung laga kandang perdana tim kesayangannya. Jadi angka 5000, apalagi
dengan hujan yang mengguyur sejak pertandingan belum berlangsung, adalah ukuran
antusiasme paling tinggi musim ini. Lalu empat pertandingan lain, hanya mentok
di angka 2000, tak lebih. Bila dikalkulasi, artinya hanya ada sekitar 23.150
penonton yang hadir dalam semusim. Maka, rata-rata setiap pertandingan hanya dihadiri
3300-an penonton. Bahkan tak sampai setengah kapasitas stadion.
Fenomena diatas jelas tak baik bagi perkembangan klub. Perbaikan
adalah wajib hukumnya jika tak ingin terjerumus ke lubang yang sama di masa mendatang.
Lagi pula, siapa juga yang ingin rutin melihat timnya terlilit krisis keuangan
sampai hampir terdegradasi. Karena semua pasti sepakat jika harus menjadikan
peristiwa kemarin yang terakhir kali, dan tak kan ada krisis serupa lagi melanda
klub. Well, jika ingin adanya
perbaikan maka sudah seharusnya ada hal yang dibenahi. Karena jika boleh sedikit
berprasangka, sudah pasti ada yang kurang (jika tak ingin dianggap salah) dalam
penyelenggaraan pertandingan kandang musim ini.
Berdasarkan pengamatan sederhana, terdapat beberapa hal yang
bisa dianggap mengurangi atau bahkan menghambat antusiasme penonton datang ke
stadion. Misalnya kenaikan harga tiket yang terjadi musim ini. Tengok saja,
akibat kenaikan harga ini, tiket termurah (tribun timur) dipatok mencapai Rp
20.000,-. Jelas beberapa kalangan menyuarakan keberatannya dengan harga tiket
setinggi ini, kalangan anak sekolah misalnya. Oke, mungkin ada alasan kuat dibalik kebijakan ini. Namun alangkah
lebih bijaknya jika kenaikan harga tiket dibarengi dengan opsi lain, semisal
potongan harga bagi pelajar dengan menunjukkan Kartu Pelajar-nya. Sehingga klub
tak perlu sampai kehilangan potential
income dari surutnya kehadiran penonton seusia pelajar. Sebab tak bisa
dipungkiri, mereka lah penghuni setia tribun tanpa atap dan jumlah mereka tak
bisa dianggap sedikit.
Contoh lain, soal promosi pertandingan. Mungkin memasang
spanduk dan baliho di beberapa titik jalan serta mengumumkan pertandingan melalui
media sosial bisa dibilang sudah cukup. Tapi jika pada perkembangannya ternyata
penonton sepi, apa salahnya jika promosi lebih intens dilakukan. Misalnya
mengirim mobil dengan pengeras suara untuk berkeliling kota sambil
mempromosikan pertandingan. Atau mempromosikannya melalui space iklan di radio, meski beberapa radio sudah melakukannya, tapi
semakin banyak radio menyuarakan hal senada malah semakin baik bukan. Ada juga
cara yang lebih low-cost seperti memasang pamflet pertandingan di banyak tempat
seperti warung-warung, sekolah-sekolah, kantor-kantor atau bahkan sampai ke
kampung-kampung. Intinya, tujuan utamanya adalah membuat sebanyak mungkin orang
tahu. Karena semakin banyak orang tahu, kemungkinan besar semakin banyak juga
orang yang datang.
Namun jika ingin cara yang nyata-nyata lebih ampuh dan tepat
mendatangkan banyak penonton, maka klub dituntut bekerja jauh lebih keras untuk
opsi ini. Ya, berdasar pengalaman yang sudah-sudah, ada dua cara jitu untuk
membuat tribun dipenuhi dengan penonton: pemain bintang dan performa baik tim.
Di belahan dunia mana pun sepertinya dua hal ini memang populer untuk membuat
minat penonton datang ke stadion melonjak tinggi. Pun yang akan terjadi jika
diterapkan disini. Ikhwal pemain bintang, jika PPSM berani mengambil pemain
yang tenar atau punya nama di blantika sepakbola nasional, bukan tak mungkin
peningkatan jumlah penonton akan terjadi. Buktinya ada di dua musim lalu,
ketika Timnas Indonesia mampir berujicoba di Magelang. Kala itu Timnas yang
diisi pemain-pemain macam Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan berhasil membuat
Stadion Madya penuh sesak dengan penonton. Meski pemain itu bukan bermain untuk
PPSM, namun dari sini bisa dilihat jika minat masyarakat Magelang terhadap
pemain berlabel bintang cukuplah tinggi. Tapi yang perlu dicatat, tak akan
sedikit uang yang harus digelontorkan klub untuk mendatangkan pemain macam itu.
Jadi, jika dalam keadaan finansial yang sedang terpuruk, sepertinya akan sulit opsi
ini terealisasi. Meskipun bukan tidak mungkin jika klub bisa saja melakukan hal
ini, dengan sedikit spekulasi mungkin.
Lalu untuk masalah performa tim, faktor satu ini jelas sudah
terbukti ampuh meningkatkan antusiasme penonton. Meski akhirnya pada akhir
musim tak ada tropi mampir buah performa bagus tersebut, namun jika tim bermain
penuh spartan dan menampilkan permainan atraktif serta hasil yang tak melulu
kalah, gairah penonton otomatis langsung meningkat. Lihat apa yang terjadi pada
periode 2009-2011. Dua musim terakhir di Stadion Abu Bakrin itu, fanatisme dan
kecintaan suporter pada Macan Tidar sedang tinggi-tingginya. Padahal dua musim
itu PPSM tak berhasil menghadirkan tropi bagi para fans. Jangankan juara, lolos
ke babak berikutnya pun tidak, bahkan selalu finish di posisi tiga terbawah babak penyisihan grup. Tapi siapa
yang menyangsikan euforia penonton di
setiap laga kandang saat itu. Stadion selalu penuh, tak jarang membludak,
jalanan kota dipadati arus kedatangan suporter ke stadion, dan
fenomena-fenomena lain yang cukup membuktikan jika fans membutuhkan pembuktian
performa untuk membangkitkan kembali antusiasme mereka. Ya, sesimpel itu. Karena
pada dasarnya, kebanyakan penonton tak tahan dengan performa buruk timnya, meski
masih ada juga yang tetap setia pada tim kesayangannya dalam kondisi apapun.
Yang pasti, mengembalikan antusiasme penonton dan membuat
stadion kembali ramai bukanlah tugas klub saja. Semua elemen termasuk suporter
punya tanggung jawab untuk hal satu ini. Apalagi untuk masalah penonton ini
muaranya adalah menyehatkan kembali keuangan klub. Jadi sudah seharusnya semua
elemen bersinergi untuk membantu klub. Karena klub jelas tak bisa bergerak
sendiri untuk melakukan hal yang bukan mustahil ini.
Dan saya akan tetap menjadi seorang pendukung PPSM yg hanya kenal kata loyalitas, tak peduli di kasta manapun PPSM beraksi,karena hanya PPSM lah yg kami punya :)
BalasHapusSalut. Karena PPSM butuh dukungan baik disaat berjaya maupun saat terpuruk. Jadi jangan pernah sudahi semangatmu mas.
HapusAnalisa yg bagus dan masuk akal. Namun tak bisa dipungkiri juga bahwa saling menjatuhkan satu sama lain (antar supprter) juga mjd faktor yg ikut mempengaruhi sepinya stadion.. :)
BalasHapusTerimakasih mas. hanya mencoba menganalisa dengan data yang saya punya. Sebelumnya sayup-sayup saya pernah dengar kabar itu. Tapi belum tahu bagaimana yang sebenarnya terjadi
HapusHehe.. Sampean yg lbh tau mas kayaknya.. Maju trs utk blog nya. Smoga bisa jd sumber informasi yg akurat atau tempat diskusi bagi suporter ppsm.. :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus