PPSM sudah terlalu lama vakum (seperti kebanyakan klub lainnya di Indonesia). Meski sempat terbangun kala jadi bagian dari Piala Kemerdekaan, itu hanya denyut sesaat, Sang Macan melanjutkan lagi 'hibernasi'-nya. Hibernasi untuk beradaptasi dengan musim sepakbola yang sedang tidak baik. Karena memang terlalu sulit jika terus dipaksakan beraktivitas. Bagaimana caranya pemain digaji, kompetisi bergulir saja kesulitan mencari dana apalagi sekarang.
Beberapa hari terakhir pendukung setia PPSM dari semua penjuru kembali bergeliat. Undangan dari panitia Piala Bupati Cilacap disetujui manajemen, PPSM siap berlaga lagi. Mbah Gatot (panggilan akrab Gatot Barnowo) sang pelatih lokal bertangan dingin ditunjuk lagi. Para pemain mulai dikumpulkan, suporter mulai merancang 'piknik awal tahun' ke Cilacap dan media sosial kembali bergairah. Semua siap menyambut tim pujaan terbangun kembali. Tapi sudahkah PPSM benar-benar terbangun, atau jangan-jangan hanya 'nglilir' seperti bulan Agustus lalu.
Kita tahu turnamen Piala Bupati Cilacap 2016 memakai sistem gugur. Siapa menang dia lanjut, siapa kalah dia pulang. PPSM akan menghadapi Cilacap Selection di pertandingan pembuka turnamen, hari Minggu 3 Januari besok. Kalau bisa menang, untung bagi PPSM, match fee makin banyak didapat, pertandingan makin banyak dijalani. Tapi kalau kalah, terlempar sudah kita dari turnamen tahunan ini. Pertanyaannya, kalau sudah terlempar, kemana PPSM selanjutnya? Vakum lagi dan membiarkan euforia sepakbola Magelang yang baru saja tumbuh untuk layu sebelum berkembang? Atau terus berlatih sambil mengikuti turnamen-turnamen yang mulai banyak dibikin akhir-akhir ini?
Melihat apa yang terjadi di Piala Kemerdekaan kemarin, begitu tersingkir dari turnamen tim dibubarkan. Kalau ini kembali terjadi, masak iya tim yang sudah kembali dibentuk, geliat suporter yang sudah kembali membara ini durasinya hanya untuk satu pertandingan saja. Sayang memang. Bagaimana kalau dipertahankan?
Mempertahankan tim adalah opsi yang tidak terlalu berat jika dibandingkan pasca Piala Kemerdekaan lalu. Saat itu tak banyak turnamen yang diselenggarakan. Tapi sekarang lihat saja jadwal rencana pagelaran turnamen yang diprakarsai oleh Pemerintah Daerah, EO, dll tersebar di berbagai daerah. Kalau tak ingin nganggur ya itu tugas manajemen untuk menawarkan diri jadi bagian dari turnamen. Lumayan memang, turnamen-turnamen seperti ini biasanya menggunakan sistem match fee yang biasanya akan langsung dibayarkan. Sistem seperti ini lebih menguntungkan bagi PPSM daripada saat liga berlangsung, dimana dana operasional dari PT LI baru sampai saat musim berakhir. Maka ikut serta dalam suatu turnamen adalah opsi yang menguntungkan karena tak akan terlalu memberatkan dari segi dana.
Selanjutnya, mempertahankan tim dan terus berkompetisi dalam turnamen akan membangun tim yang kuat. Tim yang terus berlatih dan bertanding akan mencapai performa terbaiknya lama kelamaan. Apalagi jika ditambah mengorbitkan pemain-pemain muda dalam tim. Mereka akan terlatih dengan iklim sepakbola profesional. Menurut rencana, tak lama lagi PT LI akan menggelar Turnamen Divisi Utama yang kemungkinan atmosfernya hampir seperti liga Divisi Utama. Keuntungannya kita telah punya tim yang kuat yang telah melakukan banyak persiapan sejak Piala Bupati Cilacap berakhir.
Jikalau tim dipertahankan hingga kelak (cie kelak), apakah nantinya tidak menimbulkan konflik baru masnya? Lalu apa kabar tim PPSM kita dibawah asuhan coach inyong? sedangkan kita tahu bahwa tim yg diproyeksikan utk mengikuti liga adl tim yg dibawah asuhannya. Saya masih ingat, waktu itu PPSM dibawah asuhan coach inyong TIDAK DUBUBARKAN melainkan hanya DILIBURKAN. Pertanyaannya, mengapa membentuk tim baru jika tim lama tidak dibubarkan? CMIIW.
BalasHapus